Overwatch League: Sejarah dan Perkembangannya

Sebagai salah satu game FPS (First Person Shooter) paling populer di dunia, wajar jika Overwatch kini telah memiliki banyak komunitas yang masif. Gameplay besutan Blizzard Entertaiment ini memang cukup menarik perhatian dengan berbagai kelebihan yang ditawarkan.

 Pertama, game ini menggabungkan genre FPS dengan MOBA sehingga menawarkan permainan yang seru dan tiada duanya. Kedua, kamu akan disuguhi berbagai karakter hero dengan skill dan visual yang sangat menarik. Ketiga, Overwatch tergolong gameplay kompetitif dengan fitur dan server terbaik. 

Tak heran, meski Overwatch ini adalah game Buy to Play, hal tersebut tidak menghalangi para gamers untuk tetap memainkannya. Terlebih lagi, telah ada Overwatch League sebagai ajang resmi untuk bertarung dengan berbagai pemain dari seluruh dunia. 

Overwatch League

Awal Mula Liga Overwatch

Sejak rilis pertama kali pada Mei 2016, Overwatch memang telah berhasil menarik perhatian para gamers secara global. Bahkan, saking suksesnya, gameplay ini telah beberapa kali memenangkan penghargaan sebagai ‘Game of the Year’

Berbekal kesuksesan tersebut, Blizzard berusaha membuat gebrakan baru di industri esports dengan meluncurkan Liga Overwatch pada tahun 2018. Liga ini didesain layaknya olahraga tradisional dengan waralaba berbasis kota. 

Setidaknya, ada tujuh kota yang diumumkan pertama kali, yakni New York, Seoul, Los Angeles, Boston, Florida, Shanghai, dan San Fransisco. Kemudian, disusul oleh Houston, Dallas, London, Philadelphia, dan tim Los Angeles lainnya. Dengan total 12 tim tersebut, Overwatch League memulai musim perdananya yang berlangsung di Blizzard Arena di Burbank, California. 

Liga Overwatch ini pun mulai digelar dalam empat tahap dengan “Stage Playoffs” di setiap fase. Setiap tim harus memainkan 40 kali pertandingan, dan nilai keseluruhan akan menentukan enam tim yang akan bersaing untuk memperebutkan gelar. 

Pada musim perdananya, liga Overwatch dibuka dengan duel antara Dallas Fuel dan Seoul Dynasty. Pertandingan pertama ini tentu cukup menarik perhatian, terbukti dengan hadirnya lebih dari 400 ribu penonton di Twitch.

Pertandingan demi pertandingan pun terus berlangsung dengan sangat menarik dan ketat. Hingga akhirnya, di tahap terakhir, tim London berhasil mengangkat trofi pertama dalam Overwatch League. Tentu, ini akan menjadi sejarah dalam perkembangan gameplay Overwatch dan di dunia esports. 

Perkembangan Liga Overwatch dari Tahun ke Tahun

Setelah sukses di musim perdananya tahun 2018, Blizzard kian berkomitmen untuk mengembangkan Liga Overwatch lebih maju lagi. Hal ini dibuktikan dengan diumumkannya delapan tim ekspansi baru yang akan berlaga di tahun 2019. Adapun tim tersebut di antaranya: Guangzhou, Toronto, Hangzhou, Paris, Atlanta, Washington, Chengdu, dan Vancouver. 

Jangkauan waralaba liga ini diperluas hingga mencakup UEA, London, dan China mengingat pasar esports di negara-negara tersebut yang terus berkembang. Meski memang, ekspansi ini harus mengeluarkan biaya yang tidak murah, yakni sekitar $30-60 juta. Yang jelas, berkat kesuksesan Liga Overwatch di tahun 2018, kian banyak perusahaan, investor, dan organisasi yang ingin bergabung. 

Untuk pelaksanaan, liga musim 2019 tak jauh berbeda dengan sebelumnya, yakni masih terdiri dari empat tahap dengan tahap final sebagai penyangga di setiap fase. Hanya saja, pada musim ini final tahap keempat menggunakan sistem turnamen play-in. Oleh sebab itu, hanya tim dengan peringkat 7-12 di klasemen yang akan bersaing memperebutkan dua tempat di playoff eliminasi ganda. 

Tak hanya itu, jika sebelumnya setiap tim harus melewati masing-masing 40 pertandingan, kini mereka hanya perlu bermain sebanyak 28 kali. Perubahan format ini bertujuan untuk meringankan beban pertandingan, mengurangi kelelahan, serta agar setiap pertandingan menjadi lebih penting. 

2020 – Tahun Kekacauan

Menginjak tahun 2020, seharusnya ini menjadi tahun bagi Blizzard untuk mewujudkan visi Overwatch League. Di awal tahun, semuanya masih berjalan sesuai rencana dan bahkan untuk pertama kalinya para penggemar di AS bisa mendapatkan kesempatan melihat tim mereka bermain secara langsung. 

Namun, tak berselang lama, semua aktivitas Homestands terpaksa harus dihentikan karena adanya pandemi COVID-19. Pelaksanaan liga Overwatch pun dialihkan ke permainan online dengan pertimbangan keamanan dan kesehatan.

Perubahan format pelaksanaan tersebut tentu menjadikan ajang ini berada dalam posisi sulit. Tim di belakang layar dituntut untuk bergegas menyesuaikan diri dengan realitas yang baru. Hingga akhirnya, karena sebagian tim berbasis di Asia serta sisanya di Eropa dan Amerika, liga Overwatch versi permainan online dibagi menjadi dua wilayah. 

Kemudian, memasuki tahun 2021, Liga Overwatch hadir dengan inovasi baru yang berusaha menjembatani kesenjangan antar dua wilayah. Inovasi dan perubahan format pertandingan ini dirasa penting mengingat banyaknya masalah di turnamen tahun 2020. 

Dalam format ini, tim di masing-masing wilayah harus memainkan empat pertandingan sebelum akhirnya mengikuti empat turnamen utama. Kemudian, tim teratas, yakni enam tim untuk wilayah barat dan empat tim wilayah timur, akan bertanding di braket eliminasi tunggal. Hingga akhirnya tersisa dua tim teratas yang akan terbang ke Hawaii untuk laga final meski secara online. 

Agar proses pertandingan online bisa berjalan dengan stabil, Liga Overwatch menggunakan server dari Jepang. Dengan harapan, teknologi tersebut mampu membuat tim di kedua wilayah bisa bermain dengan tingkat latensi yang baik. Ini memang bukan situasi pertandingan yang ideal, tetapi Liga Overwatch tetap berusaha agar turnamen bisa berjalan dengan baik dan optimal. 

Pasca pandemi, di tahun 2022, Blizzard Entertaiment hadir dengan gebrakan baru, yakni dirilisnya Overwatch 2. Hadirnya gameplay versi baru ini tentu sedikit banyak akan mengubah pola dan format pertandingan dalam Liga Overwatch.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Sign up our newsletter to get update, promotions and news.