Game Valorant dan Popularitasnya di Skena E-Sport Global

Sejak dirilis pertama kali pada 2020, game Valorant dengan cepat mendapatkan popularitas di kalangan gamers, khususnya di skena e-sports. Popularitas Valorant ini tidak bisa dilepaskan dari kesuksesan Riot Games selaku pengembang dan penerbit Valorant. Bisakah Valorant mengulang kesuksesan League of Legends di industri gaming global?

Game Valorant

Riot Games dalam Industri Gaming

Riot Games selaku pengembang dan penerbit game Valorant bukan pemain baru di industri gaming global. Perusahaan yang didirikan di Santa Monica, California pada September 2006 ini merupakan salah satu nama besar khususnya di skena e-sport. Riot Games didirikan oleh dua alumni University of Southern California, Brandon “Ryze” Beck dan Marc “Tryndamere” Merrill.

Berkaca dari Defense of the Ancients (DotA), Beck dan Merrill merasa bahwa satu game bisa didukung dan dimonetisasi untuk jangka waktu panjang. Keduanya juga merasa bahwa kebanyakan pengembang game terlalu cepat beralih dari satu proyek game ke proyek game lainnya.

Pengembangan Game Pertama

Segera setelah mendapatkan pendanaan awal untuk mendirikan Riot Games, perusahaan yang baru seumur jagung ini merekrut Steve “Guinsoo” Feak. Feak merupakan salah satu orang yang terlibat di dalam pengembangan awal DotA Allstars yang menjadi fondasi dari genre MOBA modern. Dengan merekrut Feak, sebenarnya sudah terlihat game seperti apa yang ingin dikembangkan oleh Riot Games.

Benar saja, game MOBA pertama Riot Games, League of Legends, kemudian dirilis ke publik pada 2009 setelah melalui serangkaian beta test. Dengan jumlah pemain terdaftar lebih dari 180 juta akun pada 2022—125 juta di antaranya merupakan pemain aktif bulanan—LoL menjadi salah satu judul MOBA paling sukses di pasaran saat ini.

Ekspansi IP League of Legends

Kesuksesan ini membuat Riot mengembangkan game-game lain yang masih berkaitan dengan dunia dan lore yang dihadirkan dalam LoL. Teamfight Tactics, misalnya, adalah spin off dari LoL dan terinspirasi dari Dota Auto Chess. Lalu ada Legends of Runeterra, game CCG yang masih berada dalam satu universe dengan LoL. Terakhir, ada League of Legends: Wild Rift yang merupakan versi mobile dari LoL.

Selain itu, Riot Games melalui program Riot Forge merilis berbagai game yang masih berada dalam universe LoL. Bedanya, game yang dirilis melalui Riot Forge dikembangkan oleh studio pihak ketiga dengan Riot Games bertindak sebagai publisher.

Selain dalam bentuk game, Riot Games juga melebarkan IP League of Legends ke medium lain seperti musik dan serial animasi. Pada 2018, Riot merilis single “POP/STARS” sebagai debut girlband virtual K/DA yang keempat anggotanya merupakan karakter LoL. Di tahun berikutnya, beberapa karakter LoL juga membuat grup hiphop True Damage dengan single “Giants”. Di tahun 2020, K/DA melakukan comeback dengan EP “ALL OUT”.

Tahun 2021 menjadi tahun yang cukup monumental bagi Riot Games dan IP League of Legends. Pada tahun ini, Riot merilis serial animasi “Arcane” di platform streaming Netflix. Serial ini bercerita tentang dua saudari, Vi dan Jinx, yang terjebak dalam konflik antara dua kota, sebuah utopia bernama Piltover dan kota “buangan” Zaun.

Pengaruh Riot Games dalam Industri Gaming

Riot Games tidak hanya berpengaruh dalam hal membentuk skena esport dan MOBA saja, tetapi juga pada industri game secara keseluruhan. Riot dengan League of Legends berhasil menampilkan bahwa industri game bisa dan layak menampilkan hiburan selayaknya turnamen olahraga besar lain seperti FIFA World Cup, Super Bowl, dan sebagainya.

Riot Games berhasil membuktikan bahwa sebuah judul game bisa dikembangkan ke medium lain. karakter dalam sebuah game umumnya memiliki latar belakang cerita yang bisa digali lebih jauh dan diimplementasikan ke medium lain seperti game spinoff, komik, novel, hingga film atau serial.

Serial Arcane juga bukan kali pertama sebuah game diadaptasi menjadi serial animasi. Akan tetapi, Arcane mungkin menjadi salah satu dari sangat sedikit adaptasi game yang mendapatkan popularitas mainstream sebagai sebuah serial animasi, menyusul seri animasi Pokemon dan Castlevania.

Kelahiran Game Valorant

Berbeda dengan game-game yang dikembangkan sebelumnya, Valorant mengusung genre FPS dan langsung mengincar pasar esports. Perbedaan lain dari rilisan Riot Games sebelumnya adalah ini merupakan game baru dengan latar dunia baru, bukan bagian dari universe League of Legends. Artinya, Riot Games merilis sebuah IP yang benar-benar baru, bukan hanya pengembangan dari IP yang sudah ada.

Pengembangan Valorant sendiri sudah dimulai setidaknya sejak 2014. Beberapa staf yang mengerjakan proyek ini menyebut nama Joe Ziegler sebagai orang pertama sekaligus orang nomor satu di proyek ini. Menurutnya Ziegler, proyek Valorant berasal dari obrolan ringan Trevor Romleski. Saat itu, keduanya membahas tentang game seperti lagi apa yang bisa dibuat oleh Riot.

Genre tactical shooter menjadi pilihan untuk Valorant. Memang, dengan adanya seri populer seperti CSGO, Rainbow Six Siege, dan Call of Duty bersaing di genre ini, akan sulit bagi Riot untuk menembus pasar shooter. Untuk mengatasi ini, tim pengembang menggabungkan elemen yang sebelumnya ada di LoL seperti Champions (karakter playable) dan tidak menggunakan aspek seperti latar dunia masa kini atau masa lalu.

Hasilnya ada game Valorant ini. Keunggulan dari Valorant PC dibandingkan dengan judul FPS lain adalah servis yang ditawarkan oleh Riot. Karena menggabungkan elemen fantasi dengan fiksi-ilmiah, Riot bisa dengan lebih bebas menambahkan konten, karakter baru, dan senjata baru ke dalam game tanpa harus mengkhawatirkan kesesuaiannya dengan dunia nyata.

Turnamen Profesional

Seperti judul e-sport lain, Riot Games menyelenggarakan turnamen profesional yang diadakan setiap tahun untuk game Valorant yang disebut dengan Valorant Champions Tour (VCT). VCT terdiri dari beberapa kompetisi, yaitu:

Regional:

  1. International League. Kompetisi yang baru dimulai pada 2023 ini mempertandingkan 30 tim official partner Valorant yang dibagi ke dalam 3 region—masing-masing region terdiri dari 10 tim. Ketiga region ini adalah Amerika, EMEA (Eropa), dan Pasifik.
  2. Valorant Challengers. Tim-tim yang non-official partner Valorant bertanding di kompetisi ini. Masing dibagi ke dalam tiga region, juara di masing-masing region berhak mendapatkan tempat di International League selama dua musim.

Global:

  1. Valorant Masters. Kompetisi ini menduduki kasta kedua pada kompetisi profesional Valorant.
  2. Valorant Champions. Kasta pertama kompetisi profesional untuk game Valorant

Tim E-Sports yang Pernah Juara Valorant Champions

Berhubung baru dirilis pada 2020 lalu, Valorant Champions Tourbaru diadakan dua kali, tepatnya pada musim 2021 dan 2022. Musim 2023 sendiri akan diselenggarakan pada 6-26 Agustus 2023. Karena itu, sejauh ini baru ada dua tim yang berhasil menyabet titel juara Valorant Champions, yaitu:

  1. Valorant Champions 2021: Acend
  2. Valorant Champions 2022: LOUD

Persaingan di Skena E-Sport

Sebagai judul e-sport yang mengusung genre hero shooter dengan nuansa futuristik, fiksi-ilmiah, dan fantasi, kompetitor utama Valorant adalah Fortnite, Apex Legends, dan Overwatch 2. Ketiga judul ini juga memiliki fanbase dan jumlah active player yang tinggi. Di genre shooter secara umum, beberapa judul atau franchise saingan Valoran tantara lain:

  • Counter Strike: Global Offensive
  • Call of Duty: Warzone
  • Doom: Eternal
  • Tom Clancy’s Rainbow Six Siege

Game Valorant, baik versi Valorant PC maupun Valorant mobile memiliki beban yang cukup berat sebagai sebuah game. Di satu sisi, persaingan di genre shooter saja sudah cukup berat. Di sisi lain, Valorant harus bisa setidaknya menyamai popularitas dari pendahulunya, League of Legends. Bisakah Riot Games mengulang kesuksesan LoL dengan Valorant? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Newsletter

Sign up our newsletter to get update, promotions and news.